Minggu, 05 Oktober 2008

Tinggalan Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan

Petirtaan Tikus

Situs Petirtaan Tikus ini terletak di Dusun Dinuk, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tinggalan ini berupa petirtaan yaitu suatu bangunan yang memiliki kolam, memiliki sistem pengairan didalamnya. Pengertian 'patirtan' atau petirtaan yang sering digunaka nadalah tempat pemandian. Tentu saja peninggalan seperti ini dahulu difungsikan sebagai tempat mandi dan aktifitas sehari-hari seperti mandi dan cuci atau tempat pemandian para putri raja dan kerabatnya. namun kemudian untuk peninggalan-peninggalan masa klasik (kerajaan-kerajaan Hindu Budha) kata 'candi' lebih sering digunakan, demikian pula bentuk candi berupa keraton dan gapura. Keraton merupakan tempat tinggal dan pusat pemerintahan raja yang memerintah, dan gapura difungsikan sebagai tempat pintu masuk ke wialyah keraton atau tempat penting lainnya.(awydarso)
Candi ini mempunyai ketinggian 46-49 m di atas permukaan laut. Dari ekskavsi yang dilakukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur, diduga bahwa Petirtaan tikus ini mengalami dua tahap pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan yang terjadi pada saluran pembagi dari banuan induk menuju menara tempel, yakni dututupnya lubag lubang pada menara tempel. Kemugkinan pada tahap I mempunyai satu saluran masuk, sedangkan pada tahap II terdapat dua salura masuk. Tetapi terdapat perbedaan dengan pendapat Dumarcay tentang saluran air di petirtaan ini. Menurutnya jumlah saluran air yang terdapat di petirtaan ini ada tiga buah yang terletak di sisi selatan yang terbagi menjadi tiga arah melalui saluran-saluran utama yang terdapat di sekeliling bangunan petirtaan pada didnding teras bawah. Aliran ini dialirkan ke lantai dasar dan bilik kolam melalui jaladwara, kemudian dialirkan lagi ke arah saluran pembuangan di sisi utara pada lantai dasar yang terletak di samping kanan tangga masuk. Bekas-bekas jatuhan air dengan perhitungan tertentu dari seluruh pancuran menghasilkan angka 17.604,0915 cm3/detik.
Petirtaan ini terletak di bawah permukaan tanah dan berdenah bujur sagkar yang mempunyai ukuran 21,25 x 22,75 m dan kedalamannya ± 3,5 m. Pada bangunan Petirtaan Tikus terdapat tiga undakan yang berupa teras dengan lebar lantai teras I adalah 1,89 m, teras II 1,50 m, dan teras III 1,30 m, dengan ukuran didnding rata-rata 1,50 m. Pada dinding terbawah yakni sepanjang sisi barat-selatan-timur teras I, terdapat pancuran air yang berbentuk makara dan padma yang terbuat dari batu andesit. Tangga masuk di sisi utara sekitar 80 cm dari teras III, dan di situ masih dapat dijumpai sisa-sisa tembok yang berukuran tinggi 30 cm dan lebar 1,10 m. Akan tetapi bentuk struktur tembok dari bata ini belum diketahui karena bagian ujung barat dan timurnya telah rusak.
Di
sebelah selatan lantai teras I terdapat bangunan induk dan dua bilik kolam terletak di sudut dan seebelah timur yang mangapit tangga masuk bagian utara. Bangunan induk terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kaki, tubuh dan atap. Kaki bangunan berdenah bujursagkar dengan ukuran dengan ukuran 7,65 x 7,75 m dan 1,50 m. Ketinggian kaki tersebut sama dengan ketiggian teras I, sehingga bentuknya seperti teras yang menjorok ke dalam. Pada bagian kaki terdapat saluran air berujung pancuran (jaladwara) yag terbuat dari batu andesit, dan sebagian lagi berbentuk kala serta padma. Sedangkan pancurannya berjumlah enam buah pada setiap sisinya. Di atas bangunan kaki terdapat bangunan kecil yang berupa menara-menara dengan ukuran 80 x 80 cm, tingginya 1 m yang terletak di setiap sudut dan tengah pada setiap sisinya. Bagian tubuhnya terletak pada denah bujursangkar yang ditinggikan, dan di setiap sudutnya terdapat hiasan menara yang menempel sebanyak lima buah (tetapi pada bagia sudut menara memiliki dua sisi) yang diselingi dengan padma. Di atas denah bujursangkar terdapat menara-menara kecil yang bentuknya sama dengan menara ang ada di kaki, tetapi pada puncaknya terdapat mahkota. Ada menara besar yang berukuran 1 x 1,4 x 2,76 m dan terletak di setiap sisi bagian tengah. Bagian kaki menara menempel pada denah bujursangkar yang juga ditingggikan, sedangkan baian tubuh menara sisi selatan tampak rata seperti menempel pada dinding. Hal ini menjukkan indikasi mungkin di atas denah bujursangkar tersebut masih ada bangunan yang lebih besar dan lebih tinggi lagi.
Bangunan bilik kolam ada dua buah, yang berada di lantai dasar koam dan berada di sisi barat dan timur. Kedua bilik yang terbuat dari batu bata ini memiliki ukuran yang sama yaitu panjang 3,5 m, lebar 2 m, dan tingginya 1,5 m. Pada sisi utara bagian dalam bilik kolam terdapat tiga pancuran air dengan tinggi 80 cm dari kaki kolam. Di sisi selatan terdapat tangga untuk masuk kolam setinggi 1 m. Selain itu ada beberapa saluran air lainnya yang berfungsi sebagai pengatur sikulasi di dalam kolam, yang terdapat di sebelah timur tangga kolam barat. Di bilik ini juga tedapat dua lubang, yaitu lubang pertama setinggi 80 cm dari lantai dasar yang berguna untuk mengalirkan air keluar supaya tidak meluap, sedangkan lubang yang kedua terletak di bawah rata dengan lantai dasar kolam, mungkin yang berfungsi sebagai tempat pembuangan air ketika kolam tersebut dibersihkan. Sumur yang berbentuk bujursangkar ini terletak sekitar 2 m di sebelah barat laut tembok bangunan petirtaan. Ukuran sumur ini adalah 97 x 97 cm, dengan kedalaman 2,57 m dari permukaan tanah dan mempunyai bibir sumur yang tersusun dari batu bata kurang lebih dua lapisan. Hubungan sumur dengan bangunan Petirtaan Tikus sampai sekarang belum diketahui secara pasti.


Situs Lantai Segi Enam

Trowulan, Situs ini terletak di Desa Sentonorejo, KecamatanKabupaten Mojokerto, yang berupa lantai bangunan kuno yang ditemukan pada tahun 1980. Struktur yang terbuat dari bata ini berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dan merupakan dasr bangunan yang memperlihatkan 2 bentuk lantai dari dua masa yang berlainan. Lantai bagian bawah berada di sebelah timur dengan menggunakan lantai bata segi enam, sementara bagian barat berlantai segi empat. Lantai bagian atas berada di barat yang memakai ubin bata segi empat.

Diantara lantai atas dan lantai bawah berisi timbunan tanah serta pecahan genting. Situs ini kemungkinan merupakan suatu pemukiman jaman dulu yang dilihat dari keadannya (lantai-lantai segi enamnya) bisa jadi merupkan tempat tinggal seseorang

dengan staus sosial yang tinggi. keunikan situs ini adalah bahwa lantai segi enam sampai saat ini hanya ditemukan pada situs situs ini saja di Trowulan.






Gapura Bajang Ratu

Gapura Bajang Ratu terletak di Dusun Kraton, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Gapura Bajang Ratu ini seluruhnya dibuat dengan menggunakan bahan batu bata, kecuali bagian tangga masuk dan pipi tangga yang terbuat dari batu kali. Gapura Bajang Ratu bentuknya adalah paduraksa, yaitu gapura yang bagian atapnya menyatu dengan tubuh bangunan. Sebagai informasi bentuk gapura yang lain adalah candi bentar, yaitu gapura yang bentuknya candi yang terbelah dua, dapat dilihat pada gapura yang ada di pure-pure di Bali atau juga bisa di lihat pada Gapura Wringin Lawang. pada gapura ini terdapat relief yang menggambarkan raksasa yang sedang berkelahi ,dan juga terdapat relief Sri Tanjung, sedangkan pada ambang pintu terdapat relief kala. Dari bekas lubang pada ambang pintu gapura, diduga gapura ini memiliki daun pintu yang terbuat dari kayu atau mungkin besi, karena di dalam Kitab Negarakertagama disebutkan bahwa salah satu gapura kratonnya terbuat dari besi yang berukir. Pemugaran candi pernah dilakukan pada tahun 1935, yakni di bagian ambang pintu yang terbuat dari tiang besi dan sekarang masih ada. Menurut kepercayaan penduduk, nama Bajang Ratu berasal dari kata bajang yang berarti gagal atau kecil, dan ratu yang berarti raja, sehingga kata Bajang Ratu berarti gagal menjadi raja atau menjadi raja ketika masih kecil. Gapura ini mungkin dulu terdapat tembok yang lebih panjang, jika dilihat dari bagian samping gapura terdapat tembok yang sepertinya runtuh.